HUJANLAH AWAN
Sebuah Cerita Pendek Oleh Denyjoe
Langit dengan giatnya mengumpulkan rayuan
tanpa lelah, meski matahari tidak memberi celah kepada lautan untuk menguap.
Tapi dengan gigihnya langit mengumpulkan sedikit demi sedikit kelemahan hingga
akhirnya tak sadar air telah menjadi uap, menjadikannya awan. meracuninya
dengan amarah, membumbuinya dengan benci.
“Kau tahu, kita adalah pemenang! Kita
adalah yang tertinggi!”. Begitulah langit mencoba memenangkan hati awan.
“Kau sengaja dipisahkan Tuhan dari lautan,
lautan tak memberimu apa-apa kecuali gelisah berkepanjangan. Disesatkan arus
dalam dunia yang sempit, mengitari pulau yang tak begitu luas. Lihat, dari atas
sini bumi begitu kecil bukan? Lihat dengan jelas!”. Tambah langit.
Awan
masih belum bisa banyak bicara, Dia bertanya dalam hati, apakah benar bahwa
kini dia telah menjadi awan? Awan masih ada dalam ketidaksadarannya, ketidak
tahuannya, dan dalam kebingungannya. Awan masih belum terbiasa dengan wujudnya
sebagai awan. Meski semenjak dulu dia ingin sekali menjadi awan. Ingin sekali
terbang tinggi, ingin sekali melayang mengangkasa, membentangi cakrawala.
“Apa
yang sedang kau pikirkan Awan?” Tanya Langit.
“Apa benar aku sudah menjadi awan? Dan aku
adalah Awan?” Awan balik bertanya.
“Ya.. lihatlah.. disekelilingmu bertaburan
bintang, kakimu sudah tak lagi menapak. Kini kau telah berada diatas. Kini kau
adalah pemenang, kau adalah pemenangnya!”.
Tiba-tiba mata awan berbinar, sepertinya
sekarang dia telah meyakini bahwa dirinya adalah awan. Seolah semua yang dulu
hanya sekedar menjadi mimpi dan angan-angan kini benar-benar ada didepan
matanya. Kini benar-benar ada dalam genggamannya. Setiap waktu bisa dengan
leluasa menatap kemanapun, melihat apapun.
Mengawang-awanglah awan, seperti tertuntaskan
semua dendam. Merasa puas atas apa yang ada dalam genggaman saat ini. Bagaimana
tidak, bintang yang dulu hanya bisa digantungkan dilangit-langit kamar rumahnya
yang sekarang bukan rumahnya saat ini langsung bersentuhan dengan kepalanya.
“Bagaimana? Disini indah bukan?”
“Inilah yang aku cari selama ini.”
Langit memang pandai sekali menyusup,
belum lama awan menjadi awan langit langsung membuatkan tempat yang indah penuh
keleluasaan dan kebebasan. Penuh dengan semua atribut pemuas ketidakpuasannya
dulu.
“Disinilah tempatmu.”
“Terimakasih telah membawaku kesini,
ketempat ini.”
“Sebentar, aku juga punya sesuatu
untukmu.”
“Apalagi yang akan kau berikan padaku.”
“Ini adalah pita pelangi. Dia akan
mengindahkanmu.”
“Pelangi? Kenapa hanya berwarna ungu? Bukankah
pelangi terdiri dari tujuh warna seperti yang guru ilmu alam ajarkan? Atau
minimal tiga warna seperti yang guru kesenian ajarkan, dalam nyanyiannya?.”
*****
Pria telah membenci hujan, sebelum dia
kenal bahwa ketika langit gelap dan menurunkan air itu adalah hujan.
Kali ini dia merasa bahwa hujan memang
pantas untuk dibenci, dimusuhi, dan diperangi. Bagaimana tidak, sekitar dua jam
dari sekarang Pria dan kekasihnya : Gadis namanya ; akan segera bertemu sesuai
dengan perjanjian. Setelah sekian lamanya Pria menunggu waktu, menghitung detik
demi detik pertemuan dengan gadis yang sudah sebulan ini menghilang tanpa
kabar. Pria cuma ingin tahu apa yang membuat Gadis tak berkabar. Pria cuma
ingin menerima hukuman setimpal kalau memang Gadis pergi akibat dari semua
kesalahan-kesalahan Pria. Pria ingin sekali kembali menawarkan mimpi memeluk
gunung, mencubit bintang, menjilat matahari, meminum samudra.
“Kenapa
mesti hujan, aku lebih memilih kemarau yang panas penuh gairah!”
Sejak
kapan alam bisa diajak kompromi? Alam telah punya ketentuanya sendiri. Kita
yang harusnya bisa berkompromi dengan diri kita, dengan sesama kita. Agar kita
bisa bersinergi secara elok dengan alam.
“Mana ada kompromi untuk sekarang? Aku
akan melawanmu!”
Bergegas Pria memacu motornya, kencang tak
seperti biasanya. Dia telah menerobos hujan yang menghalangi niatnya. Pria
melawan hujan. Yang ada dikepalanya hanyalah Gadis, ingin sekali Pria segera
sampai kedepan gadis, dan mengucapkan salam. Mencium keningnya yang lebar,
menggenggam tangannya yang lembut. Dingin yang dibuat hujan tak lagi terasa,
hangat cinta gadis seolah telah membuat badan Pria menjadi tahan air, tahan
dingin.
Butiran hujan masih terus merajam tubuh
Pria, terus menerus tak berhenti seperti senapan mesin yang sedang mengeksekusi
terhukum mati. Pria tak hirau, beberapa kali pria mengusap kaca helmnya yang
mengembun.
“Jangankan
hujan air, hujan batupun akan aku retas. Asal rinduku yang segunung bisa
terbebas dan tuntas.”
*****
Setelah terdiam beberapa saat, dan langit
belum menjawab pertanyaan awan. Awan berkata : “Tunggu sebantar, bukankah
pelangi baru ada setelah hujan? Sementara hujan akan menjatuhkanku! Aku tak
ingin pelangi Langit! Aku tak ingin kembali jatuh!”
*****
Ponsel
dikantong celana Pria tiba-tiba bergetar, mungkin juga bordering tapi tertutup
oleh suara hujan yang kendaraan besar yang bising di belakang motor Pria. Tak
berhenti, dan terus menerus bergetar. Pria meyakini bahwa panggilan itu datang
dari Gadis, Gadis yang sedang menunggu kedatangannya.
*****
“Untuk apa kau membawaku kesini, dan
memberikan semua ini kalau kau akan membiarkanku jatuh?.”
Perlahan tubuh awan mulai memberat dan
mulai menghitam. Langit tak bisa berbuat banyak, dia hanya memandangi awan yang
sekarat. Senyum manis langit berubah menjadi bengis, sementara awan terus
meronta minta diselamatkan.
“Langit! Tolong aku! Aku tak mau menjadi
hujan, aku tak mau jatuh!”
Langit hanya bisa terdiam, sesaat kemudian
langit tertawa terbahak berbentuk petir, matanya menyala memancarkan kilat.
*****
Pria kaget bukan kepalang, getaran dari
ponselnya beradu kuat dengan petir yang menyambar-nyambar. Hujan makin menutupi
pandangannya, dan Pria masih melaju dengan kencang.
*****
Awan tak kuasa menahan berat tubuhnya yang
telah menghitam. Perlahan badan awan menjadi basah, Seketika awan mencair
menjadi hujan yang lebat dan jatuh dari tempat yang lebih tinggi. Jauh lebih
tinggi daripada dulu dia pernah dibuat jatuh saat menjadi air laut.
*****
Pria tak bisa mengendalikan motornya, dia
terpeleset licinnya jalan yang disebabkan oleh begitu lebatnya hujan. Pria
terjatuh. Kendaraan besar beroda banyak dibelakang tak mampu menghindari pria.
Lalu sesaat kemudian terdengar suara benturan keras, teriakan, lolongan,
gemuruh hujan, dan gelegar petir.
gudangkubus, 26 Februari 2015 | 11:32 PM